Gowes Sepeda ke Pantai Katembe Kab. Buton - Simple Blog Easy Blog

Latest

Pokoknya, Semuanya Dikemas Secara Simple, Agar Easy untuk Dibaca....

13 Januari 2014

Gowes Sepeda ke Pantai Katembe Kab. Buton

Tanggal 12 Januari 2014, kesempatan kedua di tahun 2014 bergowes ria bersama teman-teman, bukan rute terjauh yang pernah saya lalui, tapi merupakan rute yang termasuk dalam kategori "menyenangkan".

2 hari sebelumnya saya mendapat pesan dari sahabat gowes berupa ajakan bersepeda ke pantai Katembe, awalnya saya bertanya-tanya, apa pantai ini ada di daratan baubau atau harus menyebrang ke pulau sebelah. setelah mencari tau kesana sini, ternyata sebelum bisa sampai ke sana, harus menyebrang dulu ke Wamengkoli, pulau seberang yang terhubung dengan daratan Raha, tetapi masih dalam area Kabupaten Buton.


di hari keberangkatan, saya terlambat bangun pagi, karena malam nya baru tidur sekitar jam 11 malam. pagi itu saya bangun jam 5.20, sedangkan janjian kumpul jam 5.00 tepat. Seketika saat sadar langsung menuju kamar mandi, berwudhu dan langsung shalat subuh (memang sudah telat dari awal...hehe) selepas shalat subuh, bergegas cek HP untuk menanyakan posisi teman-teman, apa sudah menyebrang atau masih standby di tempat berkumpul yang sudah ditentukan.

Alhamdulillah setelah ditelepon, mereka masih standby di tempat berkumpul tepatnya di Jotun, toko bangunan milik salah satu teman gowes. setelah semua personil lengkap yakni 8 orang, kami langsung bergegas menuju pelabuhan untuk menyebrang. kali ini penyeberangan menggunakan speed boat karena melihat cuaca, pagi itu, angin cukup dapat membuat air laut tidak tenang, sehingga speedboat yang digunakan dipilih yang besar, untuk mengantisipasi ombak.




perjalanan dari daratan Baubau menuju pelabuhan wamengkoli memakan waktu 20 menit pada kecepatan 19KM/jam berdasarkan GPS yang dibawa saat itu, namun terasa sangat lama karena di tengah perjalanan, lautan sudah mulai makin bergelombang, rasa was-was tidak bisa tiba di tempat tujuan memenuhi otak, sekalipun bisa berenang, namun tidak mungkin bisa bertahan lama di tengah teluk yang dalam itu.

Tiba lah di tempat tujuan, pelabuhan Wamengkoli. Sepeda langsung di kayuh menyusuri jalan dengan tujuan Pantai Katembe. sebelum melanjutkan perjalanan, salah satu teman mampir di pasar membeli pisang, dan dibagi-bagikan ke teman lain, termasuk saya, untuk mengganjal perut yang belum sarapan pagi, cukup lah satu buah untuk mengisi kekosongan perut. Perjalanan diawali dengan jalan mendaki yang cukup panjang, sekitar 9 km, ini membuat saya kecapean, sampai mual dan muntah di tengah perjalanan. karena sarapan pengisi perut adalah pisang yang dibeli di pasar tadi, akhirnya semua keluar seketika. terasa seperti mabuk laut yang sudah tidak tertahankankan lagi.

Setelah pendakian yang panjang, kami beristrahat sejenak mengistrahatkan kaki yang sedari tadi bergerak.Perjalanan kemudian dilanjutkan kembali, namun sekarang, lebih banyak bonus nya, karena jalanan lebih banyak menurun, jadi, tenaga yang dikeluarkan tidak terlalu banyak, cukup modal akurasi dalam menyetir, karena jalanan yang dilalui beberapa terdapat lubang.



Sampailah kami di salah satu perkampungan di Boneoge, saya tidak tahu pasti nama nya, tidak sempat bertanya. perjalanan yang ditempuh sudah sekitar 15 km, tinggal beberapa kilometer lagi tiba di pantai Katembe, di perjalanan, salah satu teman memberitahu bahwa ada sebuah gua di jalur menuju pantai, namun kami tidak singgah, karena tujuan utama yaitu pantai, gua nya nanti dikunjungi setelah balik dari pantai.



Saat udara laut mulai terasa, perlahan mulai nampak biru nya laut dan langit, pantai berpasir putih yang sangat luas, seukuran 2-3 kali panjang lapangan bola membentang luas, saat kami tiba, angin saat itu berhembus kencang karena masih musim angin barat. kami beristrahat sebentar di gazebo milik warga sekitar, kebetulan saat itu kami langsung bertemu dengan kepala desa, dan kami diberi penjelasan tentang asal muasal penamaan Pantai Katembe ini.




Bapak Kepala Desa menjelaskan bahwa kata Katembe ini artinya Tawar, maksud tawar disini adalah, semua sumur yang dibuat di areal pantai ini tawar, mendengar itu, saya langsung mencoba merasakan air nya, awalnya untuk cuci muka saja, karena terasa segar, saya coba meminumnya, Subhanallah, diluar perkiraan air nya sangat tawar dan segar, sama persis seperti Air Aqua kemasan yang sering di jual di pasaran saat ini. Bapak Kepala desa lanjut menjelaskan, bahwa warga disini menggunakan air dari sumur dekat pantai bukan hanya untuk MCK, namun juga digunakan untuk minum, bahkan, mereka tidak pernah memasak air untuk minum. mendengar itu, saya tanpa ragu mengambil timba yang berisi air, langsung minum tanpa ragu, dan memang sangat segar, seperti air dari pegunungan. teman lain mengambil botol minum nya kemudian diisi sambil berkata "ini air keramat, air untuk awet muda...". Jika dibandingkan dengan air sumur pada umumnya, air ini terasa lebih enak di tenggorokan, bahkan tanpa perlu dimasak, rasanya cepat menyerap ke dalam tubuh.

setelah berkunjung di salah satu sumur warga, kami melanjutkan perjalanan ke salah satu rumah warga setempat yang kebetulan adalah pelanggan di toko bangunan milik teman gowes. Disana kami disuguhi kelapa muda, kupas sendiri, namun ada yang berbaik hati untuk mengupas semua kelapa untuk diminum bersama.puas makan dan minum kelapa muda, perjalanan kami lanjutkan untuk pulang. sebelum melewati pantai kembali, saya berpikir, "mungkin tidak 2 kali saya kesini lagi, tidak ada salahnya kalau saya mampir kembali ke sumur untuk mengambil sebotol air untuk dibawa pulang, bukan sebagai air keramat, tapi air kenang-kenangan untuk diceritakan di rumah". saya langsung minta ijin ke rombongan untuk di tunggu sementara saya pergi mengambil air dari sumur di pantai Katembe.

Kami kemudian mampir ke gua yang tadi dilewati. Di gua tersebut ternyata seperti kolam, ada air nya, dan bisa untuk mandi. tiga orang langsung buka baju untuk segera mandi. salah satu tanpa malu-malu buka baju dan celana, yang tersisa tinggal celana dalam yang tipis...hehehe...mungkin inilah yang dinamakan naluri alamiah.....



saya tidak mau turun mandi...selain tidak pede dengan badan yang kurus, air nya juga berasa hambar, tidak seperti air sumur dekat pantai, mungkin ada lubang yang menghubungkan antara lautan dan gua itu.

setelah mereka puas mandi, perjalanan dilanjutkan kembali, kali ini mampir ke salah satu toko bangunan yang bekerja sama dengan toko Jotun di Baubau, nama nya toko Iwan. cukup lama kami di sana, selain udara nya sejuk, suasananya juga tenang, tanpa hiruk pikuk kendaraan. udara disana juga masih bersih.sambil beristrahat, sebagian foto2 di kamera langsung ditransfer ke Galaxy Note via wireless. baru tau saya, ternyata ada perangkat wireless untuk kamera nikon D600 yang bisa dipasang langsung kemudian di remote dari HP Galaxy note dengan bantuan aplikasi WMU.

Tepat jam 11 siang, perjalanan pulang dimulai. diawali dengan mendaki di jalur yang dilewati tadi, bonus penurunan jadi perjuangan untuk pulang....apalagi perjalanan pulang didukung dengan terik nya matahari siang, kulit makin coklat, sampai kelihatan batas antara lengan baju dan tangan yang tidak tertutupi. perjalanan pulang terasa sedikit lebih berat, bukan karena jarak, tapi karena suhu udara yang makin panas.

Tiba di pelabuhan, alhamdulillah Feri yang akan kami tumpangi belum berangkat, jadi kami tidak perlu menunggu lama, tinggal beli tiket pulang, masuk feri, atur sepeda, duduk di ruang tunggu. Awalnya kami duduk di ruang tunggu paling belakang dengan harapan mendapat cukup angin sepoi-sepoi dari laut, tapi 10 menit kemudian, salah satu teman memanggil kami untuk masuk di satu ruangan, tidak disangka, saat mendekati pintu terlihat tulisan VIP, wow....ternyata ada juga ruangan VIP nya, di ruangan itu kursi nya empuk, nyaman, ruangan ber AC, sangat mendukung untuk beristrahat setelah mengayuh sepeda sekitar 36 km pulang pergi wamengkoli Pantai Katembe. dalam perjalanan pulang, kami bercanda sambil bercerita tentang perjalanan yang sudah dilalui.

Tiba di daratan kota Baubau, kami diajak oleh salah satu teman untuk mencicipi es buah, di warung mbak Larti dekat pantai kamali. Ternyata, pemilik warung ini adalah teman gowes juga, biasa dipanggil Mas Ontel, karena sepeda yang dimilikinya berupa sepeda ontel tempo doeloe. disana kami disuguhi es buah yang menurut saya, lebih mantap daripada es buah yang biasa saya rasa. Mungkin karena kehausan, atau karena rame-rame di warung mbak Larti. Tidak lama kemudian, kami disuruh memesan makan siang, awalnya saya merasa masih kenyang, tapi melihat jam sudah menunjukkan pukul 1 siang, akhirnya ikut juga memesan. Es buah ludes, makan siang selesai, tiba lah waktu nya pulang, sebelum pulang, bungkus dulu 1 porsi es buah untuk oleh-oleh untuk orang di rumah.

Senang rasanya ikut bersepeda dengan teman-teman menuju suatu tempat yang belum pernah dikunjungi, bertemu warga desa yang ramah-ramah, dan sepanjang perjalanan banyak yang menyemangati. Walaupun capek, tapi setiap kali mengingat perjalanan itu, rasanya capek seakan sirna. Bersepeda memang sangat menyenangkan, apalagi bersama teman-teman sehobi dan berpetualang ke tempat yang belum pernah dikunjungi....rasanya ingin mengulang kembali perjalanan itu. semoga kesehatan selalu dilimpahkan bagi kita semua sehingga dapat melakukan banyak hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

 Baubau, 13 Januari 2014

Bonus :
katanya foto ini yang paling kelihatan ekspresi ku....hehehe

3 komentar:

  1. Salam gowes bung Hasrul.
    Tanggal 2-5 September saya dapat tugas ke Bau-Bau. Rencananya disela-sela tugas saya akan mengunjungi tempat-tempat wisata dengan bersepeda. Selain Kompleks keraton, tujuan utama saya yaitu Air Terjun Samparona. Untuk hal itu saya minta saran atau tips untuk bersepeda di sana. terima kasih sebelumnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah.....komentarnya baru dibaca....maaf-maaf....
      di Baubau, saya ikut komunitas bersepeda, namanya Gowes Lispin, dulu sering keliling kota baubau sampai ke kabupaten buton, namun sekarang sudah mulai jarang. kalo untuk saran bersepeda, di Baubau rute nya banyak bukit, jadi mungkin akan lebih bagus pakai sepeda yang ringan dan punya gir banyak..biar tidak cepat lelah....oh ya, jangan lupa juga bawa peralatan pertolongan pertama, seperti ban pengganti, kunci-kunci standar, soalnya area yang dilewati masih kurang penduduk, kalo ban pecah, atau ada komponen sepeda yang bergeser, bisa dibenarin segera....

      Hapus
  2. Ternyata pak guru hobi bersepeda juga..😀😃

    BalasHapus